PERCOBAAN I
KOROSI BESI
Rabu,
12 Oktober 2011
I.
Tujuan
·
Mengamati
perubahan/perkaratan besi
·
Mengamati
proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi
II.
Dasar Teori
Besi
merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umum terdapat
pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkan di udara terbuka untuk
beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi
besi berkarat merupakan reaksi redoks yang melibatkan oksigen :
Fe (s) + O2 -------> Fe2O3
Korosi atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi
sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya, dimana udara atau elektrolit
akan mengami reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses elektrokimia.
Korosi dapat terjadi oleh air yang mengandung garam, karena logam akan bereaksi
secara elektrokimia dalam larutan garam (elektrolit). Pada proses
elektrokimianya akan terbentuk anoda dan katoda pada sebatang logam. Contoh
korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak
logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan
dari proses ekstraksi logam
dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi
sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Faktor yang berpengaruh
terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu
sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi
tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang
bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan
korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa
an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara
dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau
basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam
ruangan tersebut.
Flour,
hydrogen flourida beserta persenyawaan –
persenyawaan dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya
dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan
bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan
tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke
udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan
organik, sebagai bahan anti beku didalam alat pendingin, juga sebagai bahan
untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penympan ammoniak harus selalu diperiksa
untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun
pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas
asam seperti NOx dan XOx. Dalam batu bara terdapat
belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.
Masalah utama berkaitan dengan
peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti
oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun
sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih
endapan (presipitator) untuk membersihkan pertikel-partikel kecil dari asap
batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas
dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam
udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3)
dan asam sulfat (H2SO4).
Oleh sebab itu, udara menjadi
terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut
didalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja,
termasuk komponen-komponen renik didalam peralatan elektronik. Jika hal itu
terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang
piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatkan kerusakan
bahkan kecelakaan. Karena korosi ini, maka sifat elektrik komponen-komponen
elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan
sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan
nonkonduktor pada komponen elektronik.
Oleh sebab itu, dalam lingkungan
dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika,
renik sampai jembatan baja semakin rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam
beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk
kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
Flour,
hydrogen flourida beserta persenyawaan –
persenyawaan dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya
dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan
bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan
tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke
udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan
organik, sebagai bahan anti beku didalam alat pendingin, juga sebagai bahan
untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penympan ammoniak harus selalu diperiksa
untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun
pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas
asam seperti NOx dan XOx. Dalam batu bara terdapat
belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.
Masalah utama berkaitan dengan
peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti
oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun
sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih
endapan (presipitator) untuk membersihkan pertikel-partikel kecil dari asap
batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas
dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam
udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3)
dan asam sulfat (H2SO4).
Oleh sebab itu, udara menjadi
terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut
didalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja,
termasuk komponen-komponen renik didalam peralatan elektronik. Jika hal itu
terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang
piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatkan kerusakan
bahkan kecelakaan. Karena korosi ini, maka sifat elektrik komponen-komponen
elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan
sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan
nonkonduktor pada komponen elektronik.
Oleh sebab itu, dalam lingkungan
dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika,
renik sampai jembatan baja semakin rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam
beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk
kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
Deret Volta dan hukum
Nernst akan membantu
untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena
lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan sangat berbeda bila
masih bersih dari oksida.
III.
Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas piala 250 mL
- Cawan petri
- Paku beton ukuran sama besar
- Stopwatch
Bahan:
- Larutan NaCl 0,5 M
- Agar-agar berwarna putih
- Fenolftalein
- K3(Fe(CN)6) 0,5 M
- NaOH 0,5 M
- HCl 0,5 M
- Alumunium
- Aquadest
IV. Cara Kerja
Ø
Dimasukkan
satu bungkus agar-agar ditambahkan aquadest 210 ml ke dalam gelas piala 250 ml
dipanaskan diatas penanggas air.
Ø
Dimasukkan
paku beton ke dalam masing-masing cawan petri.
Ø
Disediakan
6 paku berukuran sama besar, dibersihkan.
Ø
Dituangkan
hasil agar-agar panas sebanyak 35 ml kedalam masing-masing cawan petri hingga
menutupi seluruh paku.
Ø
Ditambahkan
3,6 ml Larutan NaCl, NaOH, K3(Fe(CN)6), Fenolftalin (PP), HCl di masing-masing
cawan petri.
Ø
Diamati
dan dicatat apa yang terjadi selama 30 menit, 1 jam, 2 jam, 6 jam dan 72 jam.
V. Hasil Pengamatan
Tabel
perlakuan terhadap paku payung besar
waktu
|
Agar-agar
|
Kontrol + PP
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5M
|
Kontrol + NaCl 0,5 m
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 m
|
30 menit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
1 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
2 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
6 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
|
3 hari
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung dan berkarat
|
Tabel
perlakuan terhadap paku beton
waktu
|
Agar-agar (kontrol)
|
Kontrol + PP
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5M
|
Kontrol + NaCl 0,5 m
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 m
|
30 menit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
1 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
2 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
6 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
|
3 hari
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung dan berkarat sedikit
|
Tabel
perlakuan terhadap paku biasa besar
waktu
|
Agar-agar (kontrol)
|
Kontrol + PP
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5M
|
Kontrol + NaCl 0,5 m
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 m
|
30 menit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
1 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
2 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
6 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
|
3 hari
|
karat
|
karat
|
Berwarna biru
|
karat
|
Berwarna hitam sedikit
|
Gelembung sedikit
|
Tabel
perlakuan terhadap paku biasa sedang
waktu
|
Agar-agar (kontrol)
|
Kontrol + PP
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5M
|
Kontrol + NaCl 0,5 m
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 m
|
30 menit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
1 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
2 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
6 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
|
3 hari
|
-
|
-
|
Karat sedikit
|
-
|
-
|
Gelembung sedikit
|
Tabel
perlakuan terhadap paku biasa kecil
waktu
|
Agar-agar (kontrol)
|
Kontrol + PP
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5M
|
Kontrol + NaCl 0,5 m
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 m
|
30 menit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung
|
1 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
2 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
6 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
gelembung
|
|
3 hari
|
karat
|
karat
|
Berwarna biru
|
karat
|
Hitam sedikit
|
Gelembung
|
Tabel
perlakuan terhadap paku payung kecil
waktu
|
Agar-agar (kontrol)
|
Kontrol + PP
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5M
|
Kontrol + NaCl 0,5 m
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 m
|
30 menit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung
|
1 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung
|
2 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung
|
6 jam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gelembung
|
|
3 hari
|
Karat sedikit
|
Karat dan berwarna
merah muda
|
Berwarna biru
|
Karat sedikit
|
-
|
Gelembung dan karat
sedikit
|
VI. Pembahasan
Pada praktikum
kali ini, praktikan melakukan proses korosi besi dengan menggunakan paku beton
dengan ukuran sama besar yang diberikan berbagai perlakuan dengan tujuan
mengamati perubahan atau perkaratan besi serta mengamati proses oksidasi dan
reduksi yang terjadi pada besi. Perlakuan yang diberikan terhadap 6 paku yang berbeda jenisnya ini diantaranya dicelupkan kedalam agar-agar
sebagai kontrol, dicelupkan kedalam Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6)
0,5 M, dan HCl 0,5 M dengan pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam, 6 jam dan 72 jam.
Terlebih dahulu,
dipanaskan 210 mL
aquadest dalam gelas piala 250 mL sampai mendidih. Lalu ditambahkan satu bungkus agar-agar putih ke dalamnya sambil diaduk hingga larut.
Hal ini dikarenakan agar-agar tidak larut dalam air dingin. Agar-agar yang digunakan pada percobaan ini berfungsi
sebagai medium indikator, selain itu juga digunakan untuk mengetahui
tempat-tempat reaksi anoda dan katoda terjadi.
Setelah mendidih dituangkan agar-agar tersebut kedalam
cawan petri yang telah diisi paku beton ukuran sama besar sebanyak 35 mL
dimasing-masing cawan petri sampai paku tercelup seluruh permukaannya dengan
3,6 mL
Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6)
0,5 M, dan HCl 0,5 dimasing-masing cawan petri. Pada cawan pertama yang berisi agar-agar digunakan
sebagai kontrol dalam percobaan ini. Cawan kedua berisi kontrol yang
ditambahkan fenolftalein. Cawan ketiga berisi kontrol yang ditambahkan K3(Fe(CN)6). Cawan keempat berisi kontrol yang ditambahkan NaCl. Cawan kelima berisi
kontrol yang ditambahkan NaOH. Cawan keenam
berisi kontrol yang ditambahkan HCl.
Dalam
kurun waktu pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam, 6 jam dan 72 jam pada cawan pertama yang hanya berisi agar-agar reaksi
pengaratan besi berlangsung sangat lama. Korosi yang terjadi sangat
sedikit dan warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras. Pada cawan
kedua yang berisi Kontrol +Fenolftalein (PP) paku sedikit korosi. Beberapa bagian agar-agar berubah warna merah muda.
Warna merah muda pada agar-agar disebabkan adanya PP (fenolftalein) pada adonan agar-agar. Warna
ini merupakan suatu indikator yang menunjukkan tempat terjadinya reaksi reduksi dari H2O.
H2O tereduksi menghasilkan ion OH- yang dapat
berinteraksi dengan penofthalein membentuk warna merah muda. Warna merah
tersebut menunjukkan terjadinya reduksi pada
karat dan menyebabkan sedikit terjadinya korosi. Pada cawan ketiga yang
berisi Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5 M mengalami korosi tercepat dibanding cawan yang lain.
Pada agar-agar terbentuk warna biru kehijauan yang dominan dibagian diseluruh
permukaan paku. Warna biru ini merupakan kompleks berwarna dari reaksi besi
dengan [Fe(CN)6]4+. Reaksi ini menandakan bahwa diseluruh
permukaan paku terjadi reaksi oksidasi dari Fe menjadi Fe3+. Ion Fe3+ membentuk
kompleks pewarnaan biru prusia saat bereaksi dengan [Fe(CN)6]4+.
Pada cawan keempat yang kontrol + NaCl. NaCl merupakan larutan elektrolit. Kontak
dengan elektrolit dapat mempercepat korosi karena elektrolit memberikan
pengaruh, seperti jembatan garam sehingga mobilitas elektron akan makin tinggi
dan korosi akan berjalan lebih cepat. Pengaratan
yang terbentuk disekitar
paku berwarna kuning muda. Warna kuning muda ini menandakan bahwa besi yang
terkandung dalam paku dioksidasi menjadi Fe3+. Dalam larutan, ion Fe3+ berwarna kuning muda. Pada cawan
kelima berisi kontrol + NaOH mengalami korosi yang sedikit dan hanya terjadi di sebagian
permukaan paku saja. Hal ini karena potensial korosi dalam suasana asam lebih
besar dari suasana basa.
Pada saat pengamatan dalam selang
waktu 30 menit hingga 2 jam agar-agar yg berisi NaOH paling lama mengalami
pengerasan. Hal ini dikarenakan konsentrasi NaOH yang digunakan tinggi yaitu
15%.
Pada cawan keenam yang berisi kontrol+HCl paku sudah mengalami korosi seluruhnya.
Hal ini karena potensial korosi dalam suasana asam lebih besar dari suasana
basa sehingga reaksi korosi akan lebih cepat berlangsung dalam lingkungan asam.
Selain itu, pada reaksi suasana asam diperoleh hasil karat besi dan ion H+
yang mempercepat korosi selanjutnya.
VII.
Kesimpulan
·
Urutan
terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan berbagai perlakuan :
Kontrol+K3(Fe(CN)6)
> Kontrol+HCl > Kontrol+NaCl > Kontrol+NaOH > Kontrol+PP >
Kontrol.
·
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya korosi diantaranya : tingkat keasaman, kontak
dengan elektrolit, keadaan logam besi itu sendiri, keaktifan logam, dan kontak
dengan logam lain.
·
Fungsi NaCl berfungsi sebagai jembatan
garam.
VIII.
Daftar Pustaka
Chalid,Sri Yadial.2007.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Jakarta : Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Svehla, G., 1990, Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka .
Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
http://www.chem-is-try.org diakses pada 23 Oktober 2011 pukul
21.20 WIB.
http://www.scribd.com
diakses pada 23 Oktober 2011 pukul 22.00 WIB.
IX.
Lampiran
PERTANYAAN
1. Apa tanda-tanda telah terjadi
proses redoks pada percobaan ini?
2. Tuliskan reaksi redoks yang
terjadi!
3. Sebutkan reagen-reagen apa saja
yang dapat meleburkan logam Fe?
4. Senyawa apa saja yang terdapat pada
besi komersial?
Jawaban
1. Besi berubah menjadi besi (III) oksida yaitu
merupakan karat besi
2. Fe(s) → Fe2+(aq) +
2e (x2)
O2(g) + 4H+(aq) +
4e → 2H2O(l)
4 Fe2+(aq)+ O2 (g) + (4 +
2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
3. Reagen yang dapat meleburkan logam Fe adalah K3Fe(CN)6,
HCl dan NaCl
4. Besi komersial merupakan campuran besi dan
karbon. tambahan unsur Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal).
Dimana kandungan karbon ( C ) mempengaruhi kekerasan baja, Disamping itu, baja
mengandung unsure campuran lain yang disebut paduan, misalnya Mangan ( Mn ),
Tembaga (Cu), Silikon ( Si ), Belerang ( S ), dan Posfor ( P )
No comments:
Post a Comment