Pages

Thursday, November 1, 2012

PEMBUATAN TAWAS ALUMUNIUM


PEMBUATAN TAWAS ALUMUNIUM
I.                TUJUAN
-Untuk mengetahui proses pembuatan tawas aluminium dalam laboratorium.
-Untuk mengetahui proses sintesis tawas aluminium dalam industri.
-Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan tawas aluminium.

II.            DASAR TEORI
Lingkungan hidup adalah semua benda yang hidup (biotik) dan yang tidak hidup (abiotik) serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Antara manusia dan lingkungan terdapat hu ungan timbal balik, manusia mempengaruhi lingkungannya begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan tercemar maka manusia akan merasakan dampaknya. Persoalan lingkungan yang ada hampir selalu ditimbulkan oleh ulah manusia dan kegiatan produksi yang dilakukannya. Kedua aktivitas ini merupakan sumber pencemaran lingkungan karena menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang berbahaya yang tidak dapat di daur ulang (Nurhasmawaty, 2004).
Kegiatan produksi selain menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi juga menghasilkan limbah, berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah-limbah tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah.
Pencemaran tanah dapat terjadi akibat penggunaan pupuk secara berlebihan, penggunaan pestisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat terurai. Saat ini banyak dijumpai limbah yang tidak dapat diurai seperti plastik, karet, kaleng, dan botol, karena manusia cenderung menginginkan kemudahan dan keindahan dalam hidupnya. Botol minuman dibuat dari kaleng dan plastik agar ringan dan tidak pecah bila terjatuh. Menjinjing makanan lebih menarik dan bersih dengan kantong plastik daripada dibungkus dengan daun pisang atau daun jati. Penggantian bahan-bahan tersebut dari segi ekonomi lebih menguntungkan tetapi jika dilihat dari dampak lingkungan hal tersebut merugikan karena akan menambah jumlah limbah yang tidak dapat diurai. Akibatnya pencemaran lingkungan semakin bertambah (Tejoyuwono, 2006).
Limbah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia karena setiap aktifitas manusia cenderung menghasilkan limbah atau buangan. Jumlah/volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap
barang/material yang digunakan sehari-hari. Salah satu limbah yang banyak ditemukan di lingkungan adalah limbah kaleng. Jika disebutkan satu per satu banyak sekali limbah kaleng yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses daur ulang akan menghemat energi dan eksploitasi sumber daya alam sekaligus mengurangi timbunan sampah di TPA (Pahlano, 2007).
Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan timbunan sampah di TPA, proses daur ulang juga dapat menambah nilai ekonomis dari limbah kaleng terutama recovery dari logam-logam seperti aluminium, seng, timah, atau besi. Dugaan kuat bahwa beberapa kaleng bekas mengandung aluminium dengan kadar yang bervariasi, mengingat aluminium mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan mudah di dapat sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku kaleng. Kandungan aluminium dalam kaleng bekas juga memberi peluang untuk diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas) atau bahan dalam deodorant. Daya koagulasi tawas yang di dapat akan di bandingkan dengan tawas dari pasaran dengan metode turbidimetri. Mengingat banyaknya minuman ringan yang diproduksi dan menggunakan kemasan kaleng serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, maka diperlukan penelitian terhadap kandungan aluminium dari beberapa jenis kaleng minuman ringan. Kaleng bekas minuman ringan yang mengandung aluminium selanjutnya diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas).

III.          ALAT DAN BAHAN


 Alat:                                                                              
-Erlenmeyer                              
-Gelas beaker
-Gelas Ukur
-Gunting
-Amplas
-Batang Pengaduk
-Corong
-Turbidimeter varian DMS 80 UV visible spektrofotometer dan spektrofometer serapan atom AA-6200

 Bahan:

-KOH 20%
-Accu Zur
-Etanol 50%
-AlCl3
-Aquadest
-NaOH 10%
-Soda Api 25%
-3 Kaleng bekas


IV.         Cara Kerja









V.                   HASIL PENGAMATAN

No.
Kaleng Bekas
Ditambahkan
Hasil
Berat Tawas
Berat Kertas Saring (gr)
1
A
50 ml KOH 20%
Terbentuk Tawas
6,34
1,65
2
B
50 ml soda api 25%
Tidak terbentuk tawas
-
 -
3
C
50 ml NaOH 10%
Tidak terbentuk tawas
-
 -

VI.                   REAKSI DAN PERHITUNGAN
2Al + 2KOH + 6H2O -------> 2K[Al(OH)4] + 3H2
2K[Al(OH)4]+H2SO4 ------->  Al(OH)3+K2SO4+2H2O
2Al(OH)3 + 3H2SO4   ------->   Al2(SO4)3 + 6H2O
K2SO4+Al2(SO4)3+12H2O------->2KAl(SO4)2.12H2O

Diketahui : Berat Kertas Saring                          :           1,65     dimisalkan a
                   Berat Kertas Saring+Tawas            :           7,99     dimisalkan b
Ditanya  : Berat Tawas?
Penyelesaian:  Berat Tawas        = a-b
                                                 = 7,99 – 1,65 = 63,4 g
                          



VII.           Pembahasan
Praktikum kali ini adalah pembuatan tawas menggunakan bahan alumunium. Alumunium didapat dari kaleng-kaleng bekas minuman. Untuk membedakan kaleng-kaleng tersebut diberi nama A,B, dan C.  Pembuatan tawas kali ini dibagi menggunakan 3 cara. Cara pertama yaitu penambahan KOH 20% sebanyak 50 ml kedalam erlenmeyer yag telah berisi potongan-potogan kaleng/alumunium A. Pada penambahan KOH 20% reaksi berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan kalor. Reaksi yang terjadi adalah :
2Al + 2KOH + 6H2O ------->2K[Al(OH)4] + 3H2 
Dalam reaksi ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung gelembung gas. Gelembung-gelembung gas hilang setelah semua aluminium bereaksi. Untuk menghindari terbentuknya Al(OH)3 maka KOH 20% ditambahkan berlebih. Pada tahap ini, dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Filtrat yang diperoleh ditambah H2SO4 6 M kemudian disaring untuk menghilangkan pengotor-pengotornya. Reaksi yang terjadi adalah :
2K[Al(OH)4]+H2SO4------->2Al(OH)3+K2SO4+2H2O
            Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa K[Al(OH)4] dapat bereaksi sempurna. Al(OH)3 yang terbentuk langsung bereaksi dengan H2SO4 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
2Al(OH)3 + 3H2SO4------->Al2(SO4)3 + 6H2O
Pada reaksi sebelumnya, penambahan H2SO4 membentuk Al(OH)3 bersama-sama dengan K[Al(OH)4], namun setelah berlebih H2SO4 melarutkan Al(OH)3 menjadi Al2(SO4)3 berupa larutan bening tak berwarna. Senyawa Al2(SO4)3 yang terbentuk pada reaksi (3) di atas bereaksi kembali dengan K2SO4 hasil reaksi (2) membentuk kristal yang diperkirakan adalah KAl(SO4)2.12H2O berwarna putih (anonim, 2006). Reaksinya adalah :
K2SO4+Al2(SO4)3+12H2O------->2KAl(SO4)2.12H2O
           Kristal alum (tawas) yang diperoleh dicuci dengan larutan etanol 50% yang bertujuan untuk menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan. Berat tawas yang diperoleh 6,34 gram . Makin besar kandungan aluminiumnya, makin banyak tawas yang terbentuk.
         Kemudian cara kedua yaitu dengan menambahkan larutan soda api 25% sebanyak 25 ml ke bahan kaleng alumunium B. Pada percobaan ini tidak terbentuk tawas, mungkin dapat diakibatkan karena larutan tidak benar-benar larutan murni atau disebabkan juga oleh kesalahan praktikan saat melakukan percobaan.
          Terakhir pada cara ketiga yaitu penambahan NaOH  10%.  Sama halnya pada penambahan soda api 25% , penambahan NaOH 10% tidak menghasilkan terbentuknya tawas. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang sama pula.
     Tawas yang dihasilkan nantinya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya untuk mengurangi kekeruhan pada air.

VIII.     KESIMPULAN
1.      Berat Tawas yang dihasilkan sebesar 6,34 g
2.      Larutan KOH 20% lebih efektif digunakan untuk menghasilkan tawas
3.      Tawas dapat digunakan untuk menjernihkan air

IX.          DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-4-2-10.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober 2012
         Cotton dan Wilkinson., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Penerbit UI Press, Jakarta, h.              287-288
          Achmad, H., 1992, Kimia Unsur dan Radio Kimia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti,             Bandung,  85-87




 

Sample text

Sample Text

Sample Text